Friday, November 27, 2020

Reviving Indonesian Nationalism Through its Essence



Sebuah tulisan yang pernah diupload di chirpstory pada 15 Juni 2018 dengan link https://chirpstory.com/li/395123. Chirpstory akan berakhir di Desember 2020.

We're just need re-thinking our 'human made' boundary

Ada 3 esensi yang membentuk indonesia: anti kolonialisme, kemanusiaan, dan persaudaraan. Cuma pengen ngetwit itu di hari (yang seharusnya esensi terlihat) ini. Jika pembuat skenario ingin capai bonus demografi di skala indonesia kecil, dengan memecah yang besar dan meninggalkan esensi, maka esensi akan kembali ke tempatnya semula: Rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
Apakah rahmat ketika lu ateis? Rahmat adalah bayangan dirilu. Kenapa kita butuh bayangan? Karena itulah cara mengukur dan memijak dengan seimbang. Just as simple as that. Pendiri bangsa jenius? Bisa jadi. Yang pasti hati mereka jernih. Bisa menatap esensi, meletakkan kata "rahmat" di gerbang pembentuk bangsa.

Generasi analog semi digital, ga usahlah parno terhadap milenial mereka yang nge-lead di 2025. Ga usah lah pake itu strategi diferensiasi bonus demografi, hanya karena engkau belum percaya. Jernihkan hati.

About 'leader'

The Malays made its second demographic bonus with exgraging elder generation to renew its step in front row. Indonesian has been do the same for almost 20year. But in back row/seat. Our vehicle just like an old car with polished air intake and exhaust header, but leak tie rod. We're, the nation, still had big generation gap. Between the analog vs semi analog, the semi analog vs semi digital, and semi digital vs digitalized one. Not about tribe, race, religion.

How to solve? Build instant 'bridge' for volatile context Build permanent 'bridge' for fundament relationship And just like Prof Peter Senge said, knowledge should be treat as team. Every unit of a knowledge should be attach with lab&team. Nowaday, we can't think in singular way.

No comments: