Tuesday, November 24, 2020

Berita yang Alihkan Perhatian




 Sebuah tulisan yang pernah diupload di chirpstory pada 9 Februari 2016 dengan link https://chirpstory.com/li/303137. Chirpstory akan berakhir di Desember 2020.

Jadi gini...

Pers kita ga semata mata ngeberitain sesuatu yang seolah mengalihkan perhatian. Bego amat kalo sampe begitu. Hina dan menghinakan. Tapi sepertinya jauh dari itu. Ketika beredar desas-desus berita Virus Zika dan Jessica, sebagai pengalih isu revisi UU KPK, kereta cepat, dan blabla bla. Orang boleh berpendapat apapun.

Pers saat ini sadar (dan tentunya berhitung) dengan kekuatan sosial media. Dan pemerintah sadar dengan penggunaan "perangkat" sosial media. Intinya si dua saat melihat berita:

1. Lihat sumbernya, shahih apa gak.

2. Lihat impactnya, buat kekuasaan atau sebesar-besar hajat hidup rakyat.

Sebesar besar itu berarti besar.

1. Jika sumbernya shahih, tapi bau kekuasaan, jadikan data sekunder.

2. Jika sumbernya ga sahih, tapi berbau rakyat, berarti cari yang sahih :P

Bahkan Bukhari membatalkan keshahihan hadist yang perawinya mempermainkan burung peliharaan saat diberi makan dengan tangan perawi. Perawi itu "hanya iseng" jauhkan makanan sehingga burung menjulurkan palanya. Di situ terlihat matematika diferensial bisa memetakan karakter.

Ini linier dg teori, saat narasumber terlalu memetakan aset, seringkali di situ terlihat kelemahan bahwa dia menutupi sesuatu. Kalo kata SGA, Jurnalisme dibungkam, Sastra yang bicara. Percuma nutupin data. Percuma pencitraan .

Apalagi kalo jurnalis itu paham dunia peretasan. Kelar. Walaupun ga harus terlihat dari tangannya. Kesimpulan.. Pemerintah udah di treknya. Bersih-kotor itu urusan penguasa sama Tuhan. Dan model penguasa seperti itu udah siap pasang badan.

(Seharusnya) Pers sudah bebas dari arogansi. Jika pers menemukan arogansi. Baca kalimat pertama. Ga bela penguasa si. Cuma belain kondisi aja. Kita sudah "sama-sama pinter". Jangan memperbodoh.

DI pelm "Karate Kid", muridnya Jacky Chan akhirnya menguasai jurus "mempengaruhi kobra". Ilmu yang real di jurnalistik. Bagaimana mirroring, observasi, deskripsi, analitis, bisa memiliki fungsi remote. Remote censoring, remote judging, remote mobilization.

Jadi ingat di salah satu khutbah yang membahas tentang pentingnya adil. Karena semua bisa berubah cepat.

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

“Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?” (QS Al An’am: 32)


*Sebuah tulisan yang ditulis untuk menyambut Hari Pers Nasional 2016


No comments: