Tuesday, December 08, 2020

Kidung Senja 2020



Ada saatnya. Ada momennya. Hybrid species akan mengenal bahasa alam. Bahasa apa adanya, yang membelenggu niat dan membersihkan sejarah.


Saya sebagai orang yang masih memanfaatkan hati agak kurang tahu apakah ada siang di esok hari. Semoga indomie yang kalah enak dengan mie sedap ini bukan pertanda pengakhir cerita sebuah kesepakatan besar.

Desember masih belum habis. Masih punya sisa 3 minggu. Apakah harus dengan kekerasan menyelesaikan 2020 di negeri ini? Para penjaga simpul melonggarkan simpulnya. Pertanda akan ada petunjuk dari angin. Cukup sudah bumi menjaga pijakan.

Hanya pesan untuk lipatan waktu tersisa. Jika tak mau dipimpin, berkaryalah dalam senyap. Jika ingin dipimpin, jangan gunakan terang untuk menyakiti.

Ini waktu untuk bangkit. Buat siapapun. Tapi saya lebih berharap ke jurnalis. Coba jangan terlalu terjajah algoritma itu. Bahasa akan lebih indah saat pikiran tak terjajah. Bukankah itu cita cita yang ingin jadi jurnalis hingga mati?

Dalam operasi, setiap peluru ada harganya. Bahkan setiap langkah dan peluh pasukan ada harganya. Apa arti harga? Daya tukar atas sebuah nilai.

Bijaklah saat bertukar. Jangan beli bedak yang mahal tapi dandan tetap menor kaya ondel-ondel. Ondel ondel menor memang fungsinya. Sebuah focal point budaya yang bergerak di tengah algoritma urban.

Jika ondel-ondel kecil, nyaru, dan mencari celah saat berjalan. itu bukan ondel-ondel. Itu bukan pengingat akan budaya. Sudahlah. Kembali ke peran yang sesuai nurani saja.

No comments: