Tuesday, February 26, 2008

Bermain-main dengan transportasi Jakarta..




Apa kabar temans?
Apakah sudah menikmati seruputan kopi hangat tadi pagi?

..Syukurlah, secangkir kopi hangat memang membuat badan kita merasa sedikit terbakar untuk melakukan kegiatan pagi.

Tapi... Ternyata lebih syukur lagi apabila kita tidak kecanduan kopi.
Kafeinnya membuat kerak di usus semakin banyak... Kulit-kulit usus kita seolah kebal dengan asupan makanan bergizi alami.

Ternyata bicara tentang minuman, tak jauh beda dengan membicarakan masalah lalu lintas. Nah, lho, kok, bisa???
hehe... kalo dari mata manusia, memang susah menyamakannya... Coba kita sekarang melihat dari (mata) usus kita sendiri... hehe..
Usus itu kalo dibentangkan panjangnya mencapai 12,5meter. SEbuah panjang yang luar biasa untuk perjalanan secuil makanan yang berukuran jauh lebih kecil dari kepalan manusia..

Apa yang terjadi di jalanan Jakarta sedikit banyak mirip dengan yang terjadi pada usus pecandu kopi...Hehe, mulai seru ni, ternyata intro cerita diatas, di awal blog ini (yang seolah gak nyambung) ternyata memang nyambung sama judul blognya.

jalan-jalan jakarta saat ini seperti perut yang bermasalah...

Di pagi hari, jalan jakarta bergerak seperti perut yang bergejolak ingin meledak
makanan kecil sudah terakumulasi di usus besar, semua menumpuk, gas-gas buangan ingin segera dikeluarkan. Tindakan ala kentut adalah sebuah prosesi yang wajar. Orang-orang mulai panik dan berlari menuju satu tujuan. ya wadah pembuangan mereka...mereka membuang semua isi otak di wadahnya... ide-ide mereka ingin dikeluarkan seiring tarikan nafas berbau uang dan kentut yang mereka butuhkan



di siang hari, jalan jakarta seolah seperti gejolak lambung yang berontak ingin diisi sehingga kalap..seolah lambung berisi kebingungan-kebingungan dari makanan yang tak tau asal prosesnya seperti apa . Perputaran kebingungan yang seiring cepatnya akal polantas--si malaikat penghitung kesalahan pengendara motor--...
makanan yang tak tahu asalmuasal pembuatannya merangsek ke dalam usus. Semua kuman dan bakteri mulai bergumul atau berkenalan. gejolak lambung yang seperti parkiran-parkiran gedung mulai dijejali oleh makanan antah berantah. Makanan yg defensif kala diolah akan ditolak....dan langsung menuju anus...untuk kembali ke alam asal


di sore hari,Semua mulai kembali berbaris menuju peraduan

Sari-sari makanan telah diserap dan tinggal ampas yang siap ditampung alam yang semakin kotor. SEmua pulang dalam kekosongan pikiran atau kekalutan rasa akibat diputar dan diombang-ambingkan keadaan.

Monday, February 25, 2008

10 menit di hari Senin



Kota Jakarta di hari Senin...Mulai diisi oleh orang orang penting...
bak gurita yang baru bangun tidur..
Menguap di pagi hari....sambil merentangkan tentakel-tentakelnya...memasuki wilayah-wilayah merah ibukota...yang terjal...menanjak...tanpa keletihan...Tak tersisa tanda tidur malam yang kurang lelap..

Sial-lah manusia biasa yang masuk ke Jakarta di Senin pagi...Bukan udara segar yang didapatkan, tapi angin hangat hembusan nafas jakarta yang baru menguap..Kadang berbau, kadang menjadikan kulit berminyak.

Tak salah jika langit pagi Jakarta kadang berwarna kelabu
Bagai tinta-tinta hitam yang dikeluarkan tentakel saat saling beradu dengan tentakel lain...begitu sibuk terlihat dari jalan raya...

Jakarta di hari SEnin dalam 10 menit adalah sebuah keajaiban kecil..
Keajaiban untuk manusia biasa yang tak ingin teraduk dalam masalah..
karena kota Jakarta layaknya delta muara...yang dasarnya menjadi rumah gurita...

Tindakan gurita yang memang makhluk air...berlagak seolah ingin delta ini semakin karam...agar semakin masuk ke dasar samudra...
Biarkan air laut menenggelamkan Jakarta....
Karena Laut adalah tempat yang sejuk untuk gurita...


Gurita-gurita Jakarta...
Yang terlihat semangat untuk mengaitkan diri pada mangsa
dan tak perlu peduli dengan udara hangat berbau

Gurita-gurita Jakarta...
Tak ingin disentuh manusia sejati..
karena phobia dengan jaring-jaring senyum mereka...

Senyum manusia biasa yang kadang mengikat...menjeratnya ke dalam kotak-kotak penyimpanan makanan di perahu layar manusia biasa...
Di dalam kotak itu gurita akan digarami, sehingga menjadi santapan lezat manusia biasa yang sedang lapar..
Manusia manusia biasa yang hanya butuh ruang gerak...sesuai kebutuhan utama mereka, tidur, makan, dan bekerja...