Sunday, November 22, 2020

Eksperimen Hemat Listrik

 



Sebuah tulisan yang pernah diupload di chirpstory pada 11 April 2014 dengan link https://chirpstory.com/li/201671. Chirpstory akan berakhir di Desember 2020.

Bulan ini bayar listrik hemat 100ribu. Setelah dihitung, tak ada konsumsi listrik yang dikurangi. Ada 3 hal si yang dilakukan.

#1 Ternyata penggantian kabel berkapasitas lebih besar untuk terminal yang banyak colokannya membuahkan hasil. Ga cuma itu saja..

#2 Menjaga selisih suhu AC dengan luar tak lebih dari 5 derajat (berdasarkan apps termometer di iphone/android bisa).

#3 Dan terakhir adalah mengurangi beban listrik yg nyala bersamaan. Intinya panas kabel bikin boros listrik.

Friday, November 20, 2020

Maksimalkan Kertas Kerja !




 Sebuah tulisan yang pernah diupload di chirpstory pada 11 April 2014 dengan link https://chirpstory.com/li/201377. Chirpstory akan berakhir di Desember 2020.


sekali-kali gambar kerja (denah) naek level lah jadi karya.. Biar ga hanya jadi arsip... #notetoself. Proses yang panjang dalam mendesain justru bisa dikemas jadi karya penuh inspirasi dari sudut pikir yang lain. #worksheet.


Desain ramah dg alam pun dimulai dr penggunaan kertas yg tak lg jd "kurir" tapi jg "messenger"..terpakai jangan lagi masuk gudang arsip. Efeknya, akan terjadi pesan-pesan yang efisien dalam desain.. Supporting design bisa dikemas dalam file digital (3D detail).


Sketsa konsep, studi bentuk, dan mindmapping sangat potensial untuk dijadikan karya grafis, 2D maupun 3D. Pre Eliminary Design, Feasibility studies , merupakan fase potensial yg bisa dijadikan karya animasi. Karya bisa berefek pada penciptaan ruang positif, hingga penyimpanannya dlm bentuk galeri/museum/ruang aktivasi.


Mengurangi kebutuhan gudang, mengefisienkan arsip kerja/mengonversi jadi karya, adalah solusi "mengalirkan oksigen" pada bangunan dengan lebih maksimal. Jika terbiasa mengonversi ruang dan energi menjadi positif, maka terbentuk sebuah sistem kesinambungan dan #konservasi #worksheet


Desain bangunan yang baik justru tak banyak aturan, tapi order (kesepakatan) bentuk, frekwensi (komitmen), dan mengalir (sustainable). Tak perlu aturan "jangan buang sampah", jika memang sebuah aktivitas di sebuah teritori tak lagi hasilkan sampah/undefined object/archive.







#tipsrisetbentuk for dummies..

 



Sebuah tulisan yang pernah diupload di chirpstory pada 11 April 2014 dengan link https://chirpstory.com/li/200383. Chirpstory akan berakhir di Desember 2020.



Halo konco.. pengen berbagi tips seputar riset bentuk dalam waktu singkat. Kebetulan lg ketemu beberapa kerjaan yg butuh riset singkat. :D

#tipsRisetBentuk.. Ada beberapa, minimal 3hal yang perlu diketahui saat menentukan bentuk:

Perhatikan

1. Okupasi visual (daya jangkau/pengaruh visual).

2. Umur material.. data ini harus dipegang saat menentukan material desain. Berguna u antisipasi bentuk2 beresiko pd material.

3. Adu manis..Teknik yang populer di kalangan aplikator/tukang ini sangat ampuh membuat desain lebih rapi dan terkontrol.




Perindah Jakarta tanpa Mafia Properti


 

Sebuah tulisan yang pernah diupload di chirpstory pada 11 April 2014 dengan link https://chirpstory.com/li/199677. Chirpstory akan berakhir di Desember 2020.

Bangkok Juga Tak Kalah 'Hot' dari Jakarta! CEK Beritanya di http://t.co/6BzWcSfLRU http://t.co/ZdWoYJir2cDulu sempet liat pameran properti di bangkok. Suasana kebatinannya mirip dg pameran properti di jcc. Ada perumahan spt di pamulang dll :D. Menurut saya masi lebih sangar penguasa properti jakarta sih maennya #propertiBangkokIndikasinya ya simpel.. Kalo pintu tol "ngalah" sama komplek dg warga kurang dr 10000jiwa.. Ya itulah salh satu bentuk filter.. Hihi..


Di sini tak hanya mewadahi supply dan demand.. Tapi juga filterisasi modal yg masif.. Hehe #propertibangkokPerancangan kota pun jadi sekadar ngopi ngopi, gosip arisan bergilir pemilik modal..

Kalo tanpa solusi jadinya nyinyir.. Jadi apa solusinya? Solusinya aktivasi pemukiman hingga frekwensi stara warga lbh dr 10rebu..dan .. hijaukan jalan tol/ubah jadi taman.. Untuk sepeda dan wisataa.. Struktur 500kg/cm2 kuat lah buat jadi struktur flyong garden :D

ni link nya yo bro.. http://t.co/3zM7vBODgA

Sunday, November 15, 2020

Konservasi Sampah Individu, Sebuah Dialektika





Sebuah tulisan yang pernah diupload di chirpstory pada 11 April 2014 dengan link https://chirpstory.com/li/199676. Chirpstory akan berakhir di Desember 2020.


Untuk pilihan mengubah atau menjadikan tetap alami, rasanya menjaga tanah dan tanaman untuk tidak dibangun adalah pilihan logis. Termasuk tempat pengelolaan sampah. Jika me-manage sampah bs bikin orang lebih bijak & pintar, rasanya tempat sampah adalah wadah absurd.

Berapa kilogram, liter, dan debit cairan kotorankah buangan sampah individu kita di setiap minggunya? Itu bukan urusan kita? Akhirnya seperti di singapura.. Adanya tempat sampah adl simbol kite bs merokok atau tidak.. Menarik dr sisi penandaan kota.

Sampah dan pewadahannya bukan lagi masalah kolektif. Tp harus jadi sistem manajemen aktivitas individu. Kalo Jmat kita berani hidup bersih dg bersepeda, knapa ga sekalian dengan hari penaklukkan sampah individu

Saat ini bagi saya.. Kertas adalah untuk wadah karya (yg bisa abadi)..Sedangkan utk berbahasa (adm, tukar info), Rasanya teknologi digital sudah bisa menjawab. Minimal sampah individu bisa dikurangi. #conserve

Pasukan Penjaga Keseimbangan




Sebuah tulisan di chirpstory per tanggal 12 April 2014. Bisa dicheck (sebelum chirpstory tutup Desember 2020) https://chirpstory.com/li/199675.

Jika proyek progresif potensial jangka panjang dipaksakan brjarak pendek, biasanya ada slack orang2 bervisi kuat. Jadi kalo dah panjang biarin panjang, kalo pendek biarin pendek.. Masing2 sudah punya wadah cangcutnya. sebuah proyek terkonversi dalam timeline, si pembentuk karakter. Cara ngemapping karakter, iris2 aja timelinenya.


Kalo dalam matematika.. Operasi diferensiasi bisa memetakan operasi lainnya sampai ukuran perjam kerja (work hour). U/ menguatkan corsa&ketahanbantingan tim (otothalus).perbanyak operasi bertimeline panjang.. U/ filterisasi, ya operasi bertimeline pendek. Kesimpulannya.. Pdip akan menuju bentuk baru lg gara gara operasi jangka pendek/filrerisasi. menuju PDIP Perjuangan++.

Jangan sepelekaN orang orang yang biasa gerak di operasi jk panjang. Ciri cirinya : tampak bodoh tapi bisa tersenyum santai saat nyawa terlihat di ujung tanduk. Mati dan hidup ga ada beda.. Jika perlu saat mati pun mereka bekerja untuk keseimbangan..Bagi mereka itu hanya transisi menuju keseimbangan baru..

The moral of story is.. Jokowi know the best lah.. Biarkan rakyat Woles bae diurus oleh rapopo u/ menyeimbangkan negeri..Bukan pro jokowi.. Tapi bukan pro pemimpin bertimeline pendek (menyeleaaikan masalah dg kekuasaan)



Obrolan Supir Taksi: Tak perlu dagang agama..




Tadi siang ngobrol lagi sama supir taksi... #curhatsupirtaksiKali ini tidak tentang politik.. tapi dimulai cerita fenomena PKB.. tapi akhirnya ada pertanyaan.."Bapak mahzabnya ikut NU atau Muhamadiyah"?

Saya bilang, "Bapak saya Muhamadiyah, kakek saya punya madrasah berbasis NU di Rancaekek.".. Jadi menurut Bapak saya apa hayo!? #kuisSupir taksi tersenyum..ga nyangka dikasih kuis. Dan dia pun cerita.. "Ya sebenarnya syukur ada mahzab2 tersebut.."

"Ya harus dong Pak bersyukur, kalog ga ya bakal banyak yang mati...hehehe," ujar saya dengan tampang tolol seperti biasa..

"Ya Dek, anggap aja NU itu ahli mengumpulkan dokumentasi, & Muhamadiyah itu memilah arsip. 2 kubu itu harus ada agar perpustakaan komplet".. ..."iya Pak".. ujar saya yang ternganga.. Ingin sujud syukur tapi susah kalo di taksi. Sujud syukur karena ketemu orang orisinil seperti beliau

Lalu percakapan dilanjutkan dengan becanda, "Jadi siapa Pak yang bikin ribut takbir takbir heboh itu? Berasa bukan orang perpus yak"..tanya saya. Jawab supir taksi,"Biarin saja De, perpustakaan itu justru berguna kalo dekat pasar."...The moral of story is... Beragama bisa melatih kejujuran, tapi kalo dagang agama ga akan bikin kita jujur.. Hehehe..


Wednesday, May 27, 2020

Kaliurang 04.30 Pagi 27/05/2006


Sejak tahun 2003 saya adalah warga Jakarta. Tapi hal itu berubah di pukul 4.30 pagi di tanggal 27 Mei 2006. Mulai saat itu saya adalah warga Jogja. Warga di pikiran dan di hati. Yogya tak akan pernah beranjak dari memori di kepala, dan seluruh perasaan di hati. Saya adalah warga Yogya dalam rasa, dan pikiran.
Ya. Satu setengah jam sebelum gempa terjadi di pukul 5.55, saya dan rombongan teman kantor baru saja tiba di Yogyakarta. Rombongan kantor tiba dan ijin tinggal di rumah atasan yang baik di kawasan Kolombo, Kaliurang. Rencananya di esok hari (di hari Minggunya), rekan sekantor kami akan menikah.

Sesaat setelah tiba sekitar pukul 4.30 pagi, semua sibuk mengurus diri, pakaian, dan sebagian siap-siap shalat subuh. Semua berlangsung cepat. Di pukul 5.30, kami semua kembali ke posisi berbaring meluruskan badan, setelah perjalanan darat selama 12 jam dari Jakarta.

Saya mengambil posisi tidur di area ruang keluarga di lantai 2. Para pria sepakat tidur di lantai 2. Dan wanita di lantai 1. Rumahnya nyaman, berplafon tinggi, dan tiangnya besar. Rumah ini adalah salah satu karya arsitek terkenal, yang saya kenal humble, asal Yogya.

Minggu-minggu di akhir Mei 2006 itu sebenarnya adalah minggu-minggu di saat Merapi sedang meninggi aktivitasnya. Bahkan beberapa rekan jurnalis dari grup media kami sudah ngepos di daerah Merapi untuk mengikuti perkembangam aktivitas Merapi.

Saat itu pukul 05.30, sejam setelah kami tiba. Semua letih, rasanya semua sudah tertidur. Saya sendiri sempat bermimpi ada hujan salju terasa menempa wajah. Ada sedikit getaran saya rasakan di lantai.

Lalu semua berguncang.

Bergemuruh.

Lalu diikuti teriakan, "Gempa!!". Ternyata hujan salju itu adalah cat putih plafon yang rontok karena guncangan. Untung bukan plafonnya yang runtuh, jika itu terjadi, mungkin mimpinya adalah asteroid jatuh.

Semua terbangun.


Rekan sebelah bangun, semua yang di lantai 2 terlihat berlari menuju tangga. Guncangannya cukup membuat langkah oleng. Tapi yang membuat rasa takut memuncak adalah suaranya. Suaranya seperti kontainer peti kemas lewat di depan mata. Keras dan bergemuruh memekakkan telinga.

Saya sempat menatap jendela, terlihat langit merah. Saya pikir Merapi sedang meletus, tapi saya lihat jam menunjukkan jam 6 kurang, berarti langit merah karena matahari baru akan muncul. "Tapi bisa jadi Merapi memang meletus," pikir saya sambil berlari oleng dan berusaha "mengembalikan nyawa" karena terasa masih setengah tertidur. Saya terus berlari dalam kekalutan, jalan berguncang menuruni tangga menuju teras. Ternyata saat tiba di teras, teman-teman lari lagi ke arah carport, karena di teras sangat bahaya. Genteng-genteng berjatuhan dari atap menimpa teras.

Saya lari sekuat tenaga di bawah teritis atap yang hanya selebar 1meter. Jika keluar sedikit saja, kepala bisa terkena hujan genteng yang masih terus berhamburan. Saya sempat melewati kolam ikan yang berukuran 1m x 4m. Airnya muncrat ke kiri dan ke kanan karena goyangan gempa.

Akhirnya saya tiba di carport. Perjalanan yang seharusnya tidak jauh, hanya 30 detik, tapi terasa mengancam dan lama. Gempa berlangsung sekitar 1 menitan. Saya melihat permukaan tanah seperti karpet bergelombang. Air kolam muncrat kiri dan kanan. Begitupun air sumur. Saya tak akan lupa pemandangan ini.

Gempa mereda. Terlihat satu rekan sedang bingung duduk di gazebo. Posisi gazebo ini ada di tengah perjalanan menuju ke carport. Dia sepertinya berlari saat tertidur. Lalu bingung apa yang terjadi. Kita teriak "jangan di situ, bahaya. Kemari!". Untungnya saat itu guncangan mulai mereda.

Saat mereda mulai ingin berkabar. Alhamdulillah, hp ada di kantong. Karena saya masi belum ganti celana disebabkan rasa kantuk setelah 12 jam menjadi navigator, menemani rekan saya yang menyetir. Saya reflek menelepon adik dan tunangan saya. Belum diangkat. Lalu saya kirim SMS.

”Saya di Yogya. Ada gempa besar". Listrik mati. Saat itu sinyal masi ada.

Lalu ada SMS masuk. Ternyata dari adik. "Wow. Hati-hati ya!". Begitu saja. Ya begitulah keluarga saya. Keluarga saya terbiasa merantau. Urusan survival dan keselamatan seolah tak lagi barang menakutkan. Hanya saja saya tau mereka sebenarnya concern.

Kami menghela nafas setelah benar-benar tak ada guncangan. Kurang lebih 10 menit kemudian ada suara gemuruh lain. Kali ini dari suara motor dan orang berlari. Suara kencang dari arah bawah (posisi saya di Kaliurang). Ada yang teriak "tsunami! Air naik!". Waduh. disitu saya lemas.

"Tenang," ucap rekan. "Mari kita cari tahu. Coba kita dengar radio di mobil,” ujarnya. Lalu kita mendengarkan radio. Dan RRI saat itu mengudara. Dari situ kami tahu tsunami yang diteriakkan warga adalah hoax. Dari RRI juga kita tahu, Kerusakan sangat parah, terutama di Bantul.

Sinyal telepon mati. Semua provider (saat itu baru tahu kalo antene bts punya batere cadangan sekitar 30 menit). Lalu atasan saya, wartawan senior, langsung inisiatif. "Oke, kita bergerak ke Bantul. Teman teman dari Kompas dan yang nge pos di Merapi pasti butuh waktu."

"Kita bantu semaksimal kita. Beli aqua dan indomi di jalan. Nanti kita bagikan," ucapnya. Tim fotografer berinisiatif siapkan alat untuk ambil dokumentasi. Kami semua berangkat. 2 mobil bergerak ke Bantul. Waktu itu sudah pukul 8.

Masi di perempatan ringroad, saya mulai melihat pemandangan memilukan. Rumah yang tinggal atap, dan orang-orang tertunduk di pinggir jalan. Sinyal telepon masih terputus. Ga ada yang biaa dilaporkan. Kami seperti mulai menahan napas. Menahan ketegangan.

Akhirnya kami memasuki Bantul. Suasana sepi. Terlihat beberapa jenazah sudah diletakkan di pelataran rumah yang hanya tampak atap. Dindingnya seolah menghilang. Kami turun. Berusaha membagikan air aqua dan menenangkan warga yang masi kalut. terdiam. bingung. Kami kalut.

Kami adalah orang media saat itu. Tapi untuk urusan hidup-mati seperti ini, terus terang begitu mengguncang. Air mata saya menetes tanpa jantung berdetak kencang. Hanya nafas terasa sesak. Langkah terasa berat. Jangan tanya apa yang kami lihat.

Tak terasa perjalanan sampai mendekat ke RS Muhamadiyah Bantul. Stok aqua dan indomi kami habis. Untung ada toko yang buka, walau penjaga tokonya pun ikut menangis dan kalut. Kami coba tenangkan sebisa kami. Sebenarnya bukan menenangkan. Lebih tepat berdoa bersama. Karena kami pun kalut

Saya dititipi camcoder oleh salah satu fotografer. Ya sudah, saya bawa saja. Lalu kami masuk ke RS Muhammadiyah Bantul yang dipenuhi korban. Ada yang terluka ringan dan ada yang berat. Saya mencoba mengambil video sepanjang jalan. Saat itu, saya tak merasa hal ganjil pada badan saya.

Saya melihat pemandangan yang ga akan saya ceritakan di sini. Pemandangan peralihan hidup-mati, kehilangan-terselamatkan, bersama-sebatangkara, terceritakan-tak terceritakan, tersembuhkan-trauma. Pengalaman 5 panca indera.

Bau amis darah menyeruak di lorong rumah sakit.

Sejam kami di Rumah sakit. Lalu kami berkumpul. Ada beberapa rekan yang masih memisahkan diri karena masih berbagi indomi blok lain sekitar Rumah sakit, seraya kumpulkan dokumentasi.

Ternyata kami adalah tim rombongan pertama media yang datang dilihat warga. Kebetulan jam menunjukkan pukul 12.00. Saat itu azan dhuhur.

Alhamdulillah sinyal mulai nyala. SMS bergerombol masuk.

SMS bernada kepanikan muncul. "De gimana", "Ya Alloh, gempanya besar. Gimana keadannya".. dll. Setidaknya di SMS itu ada sms ade saya yang terlihat cuek ternyata panik.. Dari atasan pun memberi info, tim jurnalis yang ngepos di Merapi sudah turun ke arah Bantul. Akhirnya di saat genting tersebut, tim kami menjadi tim advance untuk grup media kami, fotonya di-pool (dikumpulkan dalam satu koordinasi). Dan nanti digunakan untuk kepentingan grup.
Btw, rekaman video di camcoder yang saya pegang gagal total. Badan ternyata gemetar. Tak terasa, badan bergetar lihat kondisi yang ada di dalam rumah sakit. Saya merasa proses pengambilan gambar relatif lancar. Tapi tangan saya sangat berguncang hingga video tak bisa dilihat sama sekali.

Setelah perbekalan habis, akhirnya kami sepakat bergerak keluar Bantul. Tim dari Merapi mulai merapat. Terlihat jalan keluar Bantul mulai diportal oleh warga dan beberapa aparat untuk keamanan. Selang hitungan 5 menit, rombongan mobil media seperti Metro, Kompas, Anteve, berpapasan dengan kami, bergerak kencang masuk Bantul.

Siang itu kami kembali ke lokasi menginap kami di Kaliurang. Beristirahat lalu bikin planning setelah ini. Siang itu kami dapat kabar ada keluarga kerabat kantor yang meninggal. Di Kota Yogya dan di Klaten. Akhirnya kami membagi dua tim. Saya sendiri ikut yang di dalam Kota Yogya.

Kami melayat kerabat rekan kami di Rumah Sakit Dr. Sardjito. Kepanikan masih terlihat di sana. Walau semua sudah tertangani (korban sudah ada di kasur rawat). Tak banyak Tangis, tapi kepedihan begitu terasa. Berpelukan adalah cara mendoakan yang paling masuk akal saat itu. Kami pun kembali ke base di Kaliurang, seraya menantikan kabar dari rombongan yang berangkat ke Klaten.

Esoknya, rekan yang ke Klaten bercerita bagaimana selama perjalanan ga ada listrik. Pengungsi dan beberapa korban masi di jalan, gelap gelapan, belum dapat pertolongan dan bantuan

Akhirnya kita sadar, ini bencana besar. Butuh pertolongan besar, di saat tenaga habis, yang ditolong harus tetap ditolong tanpa jeda. Kita sadar akan peran. Tak mungkin berdiam lama di sini saat perbekalan minim. Kami bisa melakukan hal maksimal di Jakarta untuk membantu.

Lalu kami bersepakat kembali ke Jakarta, dan membuat booklet petunjuk membuat rumah anti gempa, bersama pihak terkait.


Karena bencana itu adalah sebuah bab tentang keterkaitan. Mulai dari keterkaitan perilaku, respon, teknik penyelamatan dalam kondisi darurat, teknik pengamanan, teknik pemulihan, dll, yang butuh kerja sistem. Peran kami di media tentang hunian. Maka kami ambil peran di situ.


Itulah selintas kisah Yogya di masa duka. Kisah di kota yang akan selalu menjadi safety house saya.