Sunday, January 03, 2021

Paku Bumi yang Mulai Terlepas



Masa depan haruslah penuh harapan. Agar demikian, maka menyikapi kegelapan di depan kita haruslah dilihat sebagai momen menambah kekuatan. Ketika pun di depan ada cahaya yang terang, bukan berarti garis finis untuk berhenti. Masa depan adalah masa yang ada di depan pijak kita. Walaupun itu hanya berjarak 1cm. 


Saat penggunaan sosial media mulai meramaikan pemakaian bandwith jaringan internet, saat itu juga (beriringan) perilaku manusia mulai dipengaruhi pola-pola tampilan yang disuguhkan oleh aplikasi. Aplikasi yang dibuat oleh orang yang sudah sangat paham dengan metode mengarahkan kode menjadi sebuah "pertidaksamaan". 

Yap. Pertidaksamaan. Seperti yang pernah selewat, selintas, di pikiran, saat belajar matematika. Sebuah pelajaran yang mungkin hanya menghabiskan total 8 jam ajar di hidup kita. mungkin 12 sampai  24 jam jika kita yang awam kebetulan memang benar-benar menggemari (cara ajar guru)nya.

Selalu ada magnet yang membuat kita tertarik dengan sesuatu, dan saya percaya, selalu ada magnet yang bisa menyatukan pertidaksamaan. Dalam hal pengajaran, dulu kita memiliki guru favorit, atau jam pelajaran favorit, sesuatu yang mengikat rasa suka.  Rasa dan memori ini kini bisa dipetakan dalam peta-peta "kecenderungan". Bahasa dulunya, hipotesa dalam sebuah gejala tertentu. Bahasa kininya, the emerging pattern. 

Balik lagi ke pertidaksamaan. Yap. Maap sedikit melebar. Kadang dalam menulis saya suka terhanyut mengikuti aliran pikir yang kadang "meluas dan melebar" sebelum saatnya. Pengen cepat-cepat sampai pantai untuk melihat horison. Pengen melihat segaris harapan yang lebih tipis dari picingan mata.

Yap. Pertidaksamaan membuat sesuatu bisa bergerak tanpa harus didorong. Seperti jungkat jungkit, jika memang ada beban yang tak sama, dia akan otomatis bergerak, menuju "titik imbang" baru. Pertidaksamaan memang sengaja dibuat untuk membuka. Membuka kesempatan bergerak, untuk mengenali batas-batas diri. Setidaknya untuk mengenali titik imbang dari setiap entitas. Entitas yang tersusun dari pola dan keterikatan elemen. 

Pertidaksamaan membuat semua bergerak. Mengenali diri, ikatan, titik imbang diri, titik imbang kelompok, titik imbang penyusun kelompok. Semua bergerak mengetahui. Ada yang tahan dengan pergerakan baru, ada yang ikatannya terputus, lalu membentuk ikatan lain, dan lainnya. Namun, setidaknya, bentuk lama yang terkuat, akan tetap terjaga, dan semakin mengenal dirinya, dan bisa memetakan potensi terdalam yang belum pernah dikenalinya sebelum diobrak-abrik pertidaksamaan. 

Setiap kita mengunduh "kerangka civil society" baru, maka setiap saat kita akan harus bersiap dengan pertidaksamaan. Sebuah proses mengenali, menemukan titik imbang diri, menemukan titik imbang kelompok, bersatu-bercerai, kembali. Saat ini, aplikasi yang cukup ditekan jempol di gawai kita, adalah kerangka civil society tersebut. Ia bukan simbol. Karena nyata memengaruhi, tak butuh rasa percaya untuk menggunakannya. Cukup mengikuti kemauan "menekan", maka kerangka tersebut bisa memulai kerjanya pada kesadaran kita. 

Mengerikan? Bisa iya. Bisa tidak, dan tentunya bisa biasa saja. Mengerikan saat kerangka tersebut bisa menghilangkan peran trust yang sedang dijaga. Tidak mengerikan jika kerangka tersebut mempercepat kerja. Dan biasa saja jika kerangka tersebut menjadi pelengkap pada diri, yang sudah kita miliki sebelumnya. 

Pertidaksamaan kadang menjadi masa depan kita. Pertidaksamaan kadang menjadi paku , magnet, atau apapun, yang menyatukan rangka ikatan. Pertidaksamaan menjadi sebuah cemilan, seperti kerupuk, yang ringan, yang tidak bisa tidak, menemani kita saat mengonsumsi "makanan" sumber energi. 

Mungkin tulisan ini sudah terlalu panjang. Di tulisan ke depan, saya akan menguraikan peran pertidaksamaan atas "daya sadar" kita. Bagaimana pertidaksamaan mengikat kita ke dalam rasa takut, berani, mencerahkan, dan bagaimana partner dansanya, yaitu operasi persamaan, bisa menetralkan sebuah pertidaksamaan. Bisa lama, bisa sebentar. Karena inilah bedanya dengan larutan kimia. Dunia digital tak punya batas ruang dan waktu, seperti cinta. 

Oh iya. Maap. Tulisan kali ini tanpa hyperlink. Sengaja, demi penyerapan konten yang lebih mengernyitkan dahi. Tulisan selanjutnya saya janji pake hyperlink deh referensinya. Hehe :). 






No comments: