Monday, December 21, 2020

Love, A Mighty Governance's Skill from The Lord (Sebuah Kajian Governance dan Akuntabilitas)



Governance is about accountability..


Sebuah video dari Gubernur Lemhanas mengurai simpul pergumulan ide di otak saya terkait kondisi governance terkini, khususnya garis komando. Tentunya ini di luar politik dan isu-isu oligarki (dalam kata lain, siapapun pemerintahannya, di Indonesia, pemahaman atas governance menjadi harus mutlak dimiliki). Yak, Governance is about accountability. Akuntabilitas memiliki beberapa pendekatan. Umumnya adalah pencarian dan perjuangan mencapai balance.. (selisih 0 antara masuk dan keluar).. Ada beberapa hal lagi pendekatan lain, kelengkapan detail pencatatan dan keterbukaan alur misalnya, dan beberapa pendekatan lain, yang intinya terus berproses, terus menghasilkan, karena secara neraca akuntabilitas, apa yang TELAH kita hasilkan akan menjadi 0, lalu pencatatan dimulai lagi, terus, dan terus. Ada yang bilang akuntabilitas juga terkait dengan keikhlasan, keikhlasan untuk mengurai hingga detail terkecil. Dalam kajian lain, semakin 0 sebuah energi, semakin dekat ia dengan Asal, Sumber (The Source), semakin terkait ia dengan semesta. Mestakung. Ada yang bilang juga, keberuntungan (Jadi ingat kenapa di budaya Jawa seringkali jika tertimpa kemalangan, selalu diceritakan sisi baiknya, misal: "untung cuma benjol, ga sampai gegar otak". Untung di sini bisa juga disebut "kesolehan sosial").

Apalagi jika harus berproses-berkarya-bergeneratif di jaman kuantum, di jaman semua terhubung, dan sudah bermain di fuzzy logic, fractal.... maka yang tertinggi tetap.. Akuntabilitas cinta.. #tsah


Wait.. bicara tentang cinta dan akuntabilitas.. maka terkait juga dengan bagaimana kualitas kesadaran dan momen emas untuk berkarya bisa tercipta. Bagaimana sebuah proses bisa terus terjadi dengan penuh energi.

Mulai tergelitik untuk menulis tentang mekanisme berkarya, karena ujug-ujug istri pengen go-public skill masaknya. Sebagai support, saya dukung dengan membuatkan materi promo. Sudah lama sebenarnya ga mendesain materi promo untuk brand secara serius.. mungkin terakhir 5 tahun lalu. 5 tahun berlalu ada beberapa hal baru yang didapat dan disadari (sebenarnya hal lama). 5 tahun terakhir saya banyak berproses (berkarya dan berkolaborasi) di bidang yang berhubungan dengan edukasi dan mendengar paparan, bikin materi ajar buat siswa, dan sebagai graphic recording untuk beberapa kolega.

Untuk skill mendengar, dan memetakan angle penulisan, 10 tahun sebelumnya sempat di dunia jurnalistik, di one core of the core media negeri ini, di Kompas Gramedia. Kenapa saya bilang core of the core? Ini terkait dengan konten tulisan saya yang akan datang, yaitu konversi data, informasi, dan keterkaitan jurnalisme di dunia blockchain. Berat? Memang. Tapi ya semua lagi bergerak ke sana.... Oiya.. Dulu saya sempat mendapat pelatihan jurnalistik dasar dan creative writing. Sertifikatnya ada. Betewe..emang masi musim sertipikat? #ahsudahlah

Naah... ternyata skil mendengar ini banyak membantu dalam mendesain sesuatu yang baru. Bahwa sesuatu yang memiliki cerita itu akan mudah dipetakan dan digambarkan. Template menjadi ga begitu penting, karena "gambaran besar" sudah bisa memancing source of creativity kita, dalam hal ini cinta #ea, untuk ambil peran dalam berkarya

Needs saja belum bisa "mengangkat" motivasi kita untuk sampai ke level "OK. SAYA BISA".. di titik ini masi butuh bantuan template atau referensi tambahan yang senada untuk dijadikan patokan awal berkarya.

Nah, saat kita mendengar sebuah kisah, cerita, tentang sesuatu yang akan kita - involve with- maka kualitas cerita menjadi sangat penting untuk menjadi bahan bakar cinta kita #ea.. selamanya... #halah

Maka dari itu, saat berkolaborasi dengan tim satu suku (istilah suku-tribe kini menjadi objek berhirarki tertinggi secara organizational di dunia socio engineering, paling efektif menciptakan momen emas), skill untuk storytelling dan merangkai sebuah POHON CERITA jadi -golden, gospel, glory-nya sebuah karya di era hyperthinking seperti saat ini..

Jadi untuk teman-teman yang berkarya, khususnya terkait dunia kreatif, dunia yang menyambungkan orang lain, ... marilah raih level berkarya dengan cinta itu.. karena cinta menembus ruang dan waktu.. #hayah.. karena kelamaan berkarya di level needs bisa beresiko kejenuhan.

Mari bercinta.... (karena cinta bisa menembus ruang dan waktu, bisa meng-0 kan ego).. sebuah kondisi yang sangat akuntabel untuk bertemu Tuhan. *soundtrack soneta


No comments: