Tuesday, February 09, 2021

Listed and Targetted



Kita ga harus mengerti semua hal yang terjadi dalam hidup. Tapi kalo bisa, semua yang kita lakukan, kita rasakan, kita pahami, bisa terkonversi jadi ibadah (penyerahan diri pada Pencipta Semesta), agar mendapat pahala (pembelajaran menuju keikhlasan)

Tulisan kali ini agak "santai". Awalnya saya mau kasi judul "Gak Asik Vs Sok Asik", tapi terkesan toxic, padahal kan ini netral dan santai. Karena percuma juga dibahas serius. Ini bukan untuk dibahas. Tapi dipraktekkan. Mungkin ga harus kita juga yang memraktekkan. Let's our hand (and-i hope-heart,too) always clean and sanitized ;). Sekadar tahu saja. Jika pernah dalam sebuah himpunan, lalu ada sosok yang mengritisi idemu, sampai titik nadir, lalu suatu saat dia pake ide itu semua & dia dapat nama,... itu namanya kamu kurang persiapan. Saya ga bisa bela. Cuma menyarankan, kamu jangan down, up aja. #opoiki #kalimatmotivasiyanggamemotivasi


Saran saya yang 7 tahun lagi masuk "manula", manusia lima puluh tahun, belajarlah matematika khususnya logika, himpunan, irisan, negasi, dan teknik beserta skill untuk menyayat lainnya. Dijamin kamu lupa sama masa lalu. Kalo bisa ilmu tersebut langsung dari gurunya, bukan dari buku. Agar dapat sanad keilmuannya. Agar akuntabilitas kamu meningkat. Karena buku itu ilmu KW 3 (saya dengar istilah ini dari arsitek senior pecinta arsitektur nusantara  di salah satu kuliah umumnya di UI). 


#kalimatuntukbikinlupamasalahlama

#demimasalahbaruyanglebihmembangun  

#melatihrasamentokyanglebihscientific


Apalagi kalo kamu dah masuk "daftar nama". Daftar nama apapun itu. Daftar nama lama, daftar nama balasan, daftar nama akibat perseteruan generasi, daftar nama dari perseteruan di era terbentuknya collective trauma, atau daftar nama apapun, termasuk daftar nama yang menyebabkan gerbang rumah dicoret atau ditandai, apapun itu. Saya cuma bisa mendoakan, semua bisa  tobat beneran (bukan sok bertobat karena lagi bertugas bikin peta), mampu meraih kemampuan berkesadaran paripurna dan bijaksana, sehingga mengurangi resiko saling menyakiti lagi.  


Kamu ga tahu saja (dan ga harus tahu si, ini pembelajaran berkelanjutan dan kolektif, bekal buat anak cucu), kamu bisa saja sudah dipepet, di-scan, dipetakan, dari jaman dewasa secara formal - saat merasa boleh pacaran. Anggap saja jaman hari pertama masuk SMA. Beruntung kalo kamu masih hidup, jika ternyata kamu sudah ter-captured. Ada juga yang sudah wafat, seperti sahabat saya, seorang pecinta seni rakyat dan juga translator. Setidaknya kamu ga sendirian. Banyak yang harusnya gitu, terpengaruh operasi pemepetan, akhirnya jadi gini. Harusnya jadi mastermind di belakang panggung, akhirnya jadi player di depan panggung, dsb. Jadikan hal yang ga bisa kita respon di awal menjadi sebuah variabel respon pada generasi penerus kita. Intinya carpe diem. Jalani saja, catat, selesaikan tugas, yang tak selesai jadi pelajaran ke anak cucu. Semua ada umurnya.   #kalimatkeikhlasan 


Dan kamu bisa saja terus dipepet oleh jaringan entitas terlatih yang terlihat ga penting. Sesuatu yang dimulai saat ada entitas "ga penting" yang bisa mengondisikan sistem, mengunci target (misalnya dengan menginisiasi secara formal -karena terekam- terdata membangun opini like-dislike), lalu meng-engage dan mengatur sistem, seperti pengontrak yang terkondisikan dipilih jadi calon ketua RT oleh para pemilik rumah. That's how the world of "listed man" works… Berlangsung alamiah. Intrusi yang sering juga terjadi di organisasi yang punya potensi independensi  dan akuntabilitas yang tinggi. Karena independensi dan akuntabilitas adalah "musuh" dari corrupted systems, atau sistem yang bertendensi menciptakan ketidaksetaraan a.k.a. untung sak (karep) dewe. 


Cuma bisa bilang. Setidaknya kamu ga pernah sendirian. Semua terpetakan, terpolakan, dan semua memiliki muara. Kritik saya cuma satu, semua para penikmat kesenjangan saat ini masih pake cara lama. Yap, lama. Cara  yang saat ini dari 1km pun sudah tersnif-snif, terpetakan dengan teknik yang baru (sebenernya udah banyak beredar, tapi karena ego, gengsi untuk dipelajari). Agak susah berhasil jika menghadapi era revolusi daya tukar, apalagi rahasia bukanlah masalah ketertutupan-keterbukaan akses, tapi kemampuan untuk me-reset, memahat, me(ng)-emerge kumpulan pola menjadi momen dan pola baru yang besar, yang tentunya bisa terkait kemana mana. 


Silahkan saja pake cara lama, jika ga sayang sama anak istri, dan generasi generasi penerus. Bangsa ini sudah terlalu banyak luka. Masih banyak yang belum mengering. 


Indonesia ini terlalu indah untuk dijadikan sekadar halaman rumah.


Makanya saya  ga terlalu suka terrarium.. Tapi ya terrarium bagus buat melatih rasa sayang pada detail. ...Tapi bukan untuk saya. #kokjadisaya


Kalo saya lebih senang dekat mata air dan sekitarnya, yang real-real saja. Lebih dekat dengan alam membuat kita lebih banyak bersyukur. Apalagi mendekatinya dengan pain (sakit karena ada elemen yang melewati daya tahan) dahulu. Karena pain bisa menyehatkan pikiran. Sedangkan hurt (sakit karena cedera -rusak) itu bisa diobati oleh pikiran yang sehat.. 


Yaaa.. Kalo ga ada mata air,  nongkrong di dekat Sanyo juga gapapa. #nyucidongsaya 


Hasbunalloh wanimal wakil. Wamakaru Wamakarullah. Mahasuci Pemilik Lauhul Mahfudz.



No comments: