Monday, January 18, 2021

Algoritma Senyum




Memasuki era digital yang sebagian sudah dikalkulasi oleh para saintis, dan diprediksi oleh para teknokrat, membuat pemahaman pada ilmu klasik harus dipertanyakan kembali. Setidaknya,  fase mempertanyakan kembali sebuah definisi memang harus selalu dilakukan organisme yang tumbuh di habitat yang bertumbuh.


Kecuali memang kita yakin tak tumbuh lagi. Ketika sebuah definisi sudah dinyatakan absolut dan mutlak. Tapi keabsolutan dalam perimeter yang terus berubah bisa jadi menjadi akar kebodohan. Setidaknya begitu yang diyakini para penggemar teori relativitias, dan para penyandu tasawuf.


Kebenaran adalah kenisbian dalam t=0. Kenisbian yang harus dipolakan (diperjuangkan) dengan penuh data (bukti) dan respon (tanggung jawab). Kebenaran adalah sebuah nilai yang harus terus berproses, bertumbuh, bergerak, sehingga pada titik terjauh yang tak bisa kita jangkau. Saat tak terjangkau, saat tidak ada pola yang bisa dipetakan, maka kebenaran akan ada di setiap pergerakan, sekecil apapun. Meresap ke dalam setiap niat untuk bergerak


Karena itulah orang orang yang tak lagi memikirkan target atau pencitraan menikmati setiap langkahnya. Stiap langkah adalah puncak-puncak keterhubungan. Puncak syukur. Syukur  yang terus berlangsung sejak mulai menghirup nafas. Tak lagi terjebak dalam agoritma. Tak lagi terkunci dalam konstanta. Algoritma sejati adalah ritme keterhubungan, konstanta sejati adalah diam untuk merasakan gerak. 


Waktu pun tak lagi menjadi penjara untuk jiwa-jiwa yang haus akan kebenaran yang tak terucap. Yang membuat berisik. Yang memutus. Waktu menjadi sahabat untuk menikmati syukur. Waktu menjadi pena lingkaran kesempurnaan.


Yap. ini tulisan yang mungkin membuat guratan di dahi. Tapi sepertinya inilah tulisan paling sederhana tentang arti sebuah senyuman. Jika ingin dipetakan dalam variabel-variabel. 

No comments: