Thursday, February 21, 2008

Socialite goes to village (3-tamat)




Terjebak....



4 bulan berlalu... akhirnya berhasil melanjutkan tulisan mudik ini... bukan berarti gagal menemukan makna baru pulang ke desa... bukan juga desa Sukamulya semakin susah dimaknai... tapi kesan terjebak lah yang memenuhi pikiran saat harus menulis tentang desa Sukamulya, desa kesayangan masa lalu... Hal ini dimulai ketika pertanyaan-pertanyaan di kepala ku tanyakan lagi pada warga Sukamulya. Apakah mereka menikmati perubahan, apakah mereka ingin ke kota? masih betahkah mereka?. Semua merujuk pada jawaban yang sama... Semua sudah memiliki ketergantungan pada "kiriman" tren dari kota. Semua seperti aliran sungai menuju muara... tenang namun kompak... sama-sama mengarah pada kesamaan...universalisme...

Apa artinya ciri khas pada desa...saat aura kebutuhan kota begitu menekan warga desa... modernisme...membawa semua kedalam suasana yang universal...dan cenderung mengorbankan diri kita sebagai sosok konsumen, dan objek penderita.... genius loci*..yang semakin pudar di desa Suikamulya... kini aku merasa di muara...bukan di mata air...... kini aku merasa terjebak di buih-buih rasa kota... ah... mudik pun terasa hambar apabila melihat "rasa" desa saat ini... namun tetap sangat bermakna saat kulihat tanah, daun, pepohonan..yang tumbuh di desa yang kebetulan masih dingin.... tak tau apabila nanti semua nya sepanas Jakarta...Mungkin yang tersisa hanya dedaunan kering ...dan angin-angin tanpa arah....

Tadinya ingin kucari mata air...Tapi aku ternyata seolah pergi ke pantai....ingin kupecahkan saja gelas itu ditemani Dian Sastro...hehe..

*genius loci.. sebuah ungkapan yang jarang lagi diungkapkan....tentang sesuatu yang tentu memiliki ciri khas,dan itu seolah mata air- mata air yang mengalir menuju satu samudera....ciri khas dan nilai kelokalan bukanlah sebuah kelemahan..namun kekuatan kecil yang mampu menciptakan sungai-sungai karya yang menginspirasi....

No comments: