Sunday, May 09, 2021

Menyapih Rasa Ragu




Jalan yang melebar, jalan yang lurus, jalan yang semakin nyaman, sama sekali bukan tanda bahwa kita akan sampai pada tujuan. 

Izinkan saya memulai dengan membawa narasi tentang awan. Awan yang terbentuk dari kondensasi dan berbagai macam reaksi yang berkumpul di ruang besar bernama atmosfer. Ruang yang dari sisi lain bisa kita lihat sebagai wadah. Wadah untuk berkumpul, bergerak, menyaring, melepas, dan menjalankan sistem yang terkait dengan wadah lain yang terpengaruh gravitasi, dan wadah-wadah tak kasat mata yang memiliki fungsi  kuat dalam memengaruhi kerja wadah-wadah kasat mata.

Semua kerja dalam wadah tersimbolisasi dalam awan. Awan yang memiliki bentuk, yang memiliki nama dan karakter sesuai bentuk susunan dan ketinggiannya. Dalam sisi lain bentuk awan kadang diartikan harafiah sebagai pesan yang terkait pada peristiwa tertentu. Peristiwa yang secara sistem sama sekali tak terkait dengan kerja yang membentuk awan itu sendiri. Awan adalah sebuah citra tanpa pencitraan. Menjadi pencitraan ketika kita menangkapnya sebagai pesain yang mewakili peran kita di "dunia bawah", yang terikat dengan gravitasi. 

Izinkan sekali lagi saya tetap berada di angkasa, dengan imaji saya. Karena mengajak teman untuk berimaji tentunya membutuhkan energi. 

Awan bergerak tanpa batas. Yang membatasi mungkin adalah gerak sistem termal dan sistem-sistem besar lain. Lalu ada sistem yang kadang ditemui "dunia bawah", dikatakan sebagai pawang, untuk mengatur awan sehingga memiliki batas dan geraknya. Saya tak akan membahas ini, ataupun jika saya bahas, maka akan sangat, sangat, sangat dalam kondisi yang tidak ideal. Yap. Tidak ideal. 

Bergerak bebas, meneduhi, atau memberi hujan di area yang memang waktunya hujan, adalah idealisme awan. Ideal karena bergerak dalam sebuah rangkai sistem yang besar. Sistem yang memang menjaga keberlangsungan. Menjaga agar hal-hal minor tak menjadi perusak hal-hal yang terlanjur (terpilih) untuk menjadi besar. Idealisme dalam kebesaran adalah kondisi ideal dari hal-hal yang berlangsung lama, seperti iklim. Iklim ada untuk menjaga, cuaca datang untuk mengubah.

Perubahan adalah tanda dari kehidupan. Seperti bunga yang pernah jadi putik, maka perubahan adalah sebuah idealisme yang akan terasa jika menjejak tanah. Mengikat diri pada gravitasi, mengikat diri pada sebuah arus besar tentang keterikatan kebiasaan. Kebiasaan untuk terkait, dan kebiasaan untuk beradaptasi. 

Pada akhirnya, sebagai manusia, kita hidup menjejak tanah. Jika pun kita sedang berada di dimensi tak terikat gravitasi, maka kita akan terikat oleh waktu, yang terbentuk oleh gravitasi. Kita juga akan terikat dengan ruang, yang terbentuk oleh gravitasi dan hal-hal yang menjadi elemen pembentuk jalan kita. 

Rasa ragu itu akan mengganggu  keputusan. Keputusan untuk terbang ke atas awan, dan keputusan untuk menjejak di bumi. Rasa ragu akan menjadi distorsi di ruang dan waktu. Pada ruang, keraguan akan menyisakan warna-warna malu. Pada waktu, keraguan akan menciptakan momen yang tak bisa diingat (bad sector). 

No comments: