Oleh: Indra Zaka Permana (a.k.a. Private! a.k.a. Zonderzulu)
Editor: Bu Rina Kusuma
(Teks tulisan untuk Buku Komunitas Graphic Recorder Indonesia)
*klik gambar untuk memperbesar
Data tahun 2010 menyebutkan penduduk Indonesia dibawah usia
dua puluh tahun mencapai angka 37%. Ini artinya sepertiga dari populasi
Indonesia adalah anak-anak dan remaja.
Mereka terdiri dari berbagai macam suku, terbesar adalah
suku Jawa dan Sunda. Juga memeluk agama yang berbeda-beda, tinggal di ekosistem
yang beraneka macam dan memiliki bahasa lokal yang beragam. Pada masa tumbuh
anak dan remaja, aktivitas berkenalan, bermain dan berkelompok adalah proses
penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri, membangun toleransi dan membuka
wawasan untuk menerima perbedaan.
Berkenalan juga merupakan cara belajar yang nyaman dan
asyik. Bahkan bisa mendapatkan hal baru secara tidak sengaja dan menguatkan
energi untuk menyelesaikan masalah. Hanya saja semakin beranjak usia anak
menuju remaja, ditambah dengan makin tingginya penggunaan gadget pada anak dan
remaja, menyebabkan mereka berada di “menara gading”.
Mereka lebih memilih mengisolir dirinya ketimbang
bersosialisasi dengan kawan sebayanya. Ditambah lagi proses berkenalan sering
menjadi momok menakutkan karena bertemu situasi baru yang mereka tidak
familiar. Sehingga bisa muncul rasa tertekan, malu, dan takut.
Sebagai graphic recorder, saya ingin mencari jalan bagaimana
mengurai kompleksitas dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Metode yang saya
lakukan adalah menggunakan visual sebagai metode berkenalan.
Tahap Simpel Berani “Kenalan”
1. Baca Pola Dasar dari setiap kerumitan yang terlihat
2. Temukan ide dari setiap pola dengan mencari ide di
kuadran masa lalu (background), masa kini (environment setting) masa depan
(skill yang dimiliki), dan Masa (lah) Elo! (Intrik, hal yang terjadi saat kita
mentok)
3. Pilih 3-4 ide, masing masing satu dari setiap kiadran,
untuk dijadikan subjek, predikat , dan objek sebuah kalimat. Buatlah kalimat.
Sebuah cerita pun terbentuk, bukan? Kaget dengan cerita yang tak diduga tersusu
? Coba visualkan.
4. Bisa juga lho dilakukan dengan saling tanya jawab,
membuat pola rekan lalu membuat kolaborasi cerita
Ini saya terapkan di Rumah Amalia yang diinsiasi oleh Bapak
Agus Syafii di kawasan …. Rumah Amalia adalah rumah belajar untuk anak anak
kurang mampu. Seringkali rasa rikuh, enggan, dan tidak percaya diri muncul saat
sesi berlangsung. Namun seiring waktu anak-anak bisa menikmati permainan saat
tahu cerita lebih dalam tentang alam dan rekannya. Saya juga pernah menerapkan
metode ini di Green School Bali saat event Eco Festival pada awal Mei 2019
silam. Sesi tersebut dihadiri siswa grade 4 dan 5.
========
========
They consist of various kinds of tribes, the biggest are Javanese and Sundanese. Also embraced different religions, living in diverse ecosystems and having diverse local languages. During the growing up of children and adolescents, acquaintance, play and group activities are important processes for growing self-confidence, building tolerance and opening up insights to accept differences.
Getting acquainted is also a comfortable and fun way of learning. It can even get new things accidentally and strengthen energy to solve problems. It's just that as children get older into adolescence, coupled with the higher use of gadgets in children and adolescents, causing them to be in the "ivory tower".
They prefer to isolate themselves rather than socializing with peers. Plus the process of getting acquainted often becomes a frightening specter for meeting new situations that they are not familiar with. So that it can appear depressed, shy, and afraid.
As a graphic recorder, I want to find a way to unravel complexity in an easy and fun way. The method I do is use visuals as a method of getting acquainted.
Simple Stance Dare "Acquaintance"
1. Read the Basic Pattern of every complexity that is seen
2. Find ideas from each pattern by searching for ideas in the past quadrant (background), present (environment setting) future (skills possessed), and Masa (lah) Elo! (Intrigue, the thing that happens when we get stuck)
3. Choose 3-4 ideas, one from each quadrant, to be the subject, predicate and object of a sentence. Make a sentence. A story is formed, right? Shocked by the unexpected story? Try to visualize.
4. You can also do it by questioning each other, making partner patterns and then making story collaboration
I applied this at the Amalia House which was initiated by Mr. Agus Syafii in the South Tangerang area. Amalia House is a learning house for underprivileged children. Often awkwardness, reluctance, and lack of confidence appear during the session. But over time children can enjoy the game when they know deeper stories about nature and their partners. I have also applied this method at Bali's Green School during the Eco Festival event in early May 2019. The session was attended by students in grades 4 and 5.
No comments:
Post a Comment