Begini. Di beberapa waktu ke depan kita akan dihadapkan pada suasana yang bertempo cepat tapi butuh keputusan-keputusan tepat. Hingga akhirnya kita harus menguatkan kesadaran
Jangan lagi templatis. Yap. Karena kita dibesarkan dengan hal-hal yang kadang kita tak tahu sebabnya. Hal templatis menjauhkan kita dari kesadaran. Kesadaran pribadi, dan kesadaran bersama. Kadang saat kita membahas penyebab munculnya hal templatis, muncullah tabu. Ini wajar, saat kita mulai memasuki kesadaran bersama. Bagi saya memperkuat kesadaran bersama dalam waktu singkat bisa dikatakan sebagai salah satu cara berkeadilan, di kondisi yang serba membuat orang survive saat ini.
Kesadaran penting untuk bisa berpikir cepat. Semakin terlatih, maka semakin banyak koneksi yang bisa disurfacing, dieksplorasi. Dan banyak yang telah berlatih untuk itu.
Inilah yang menyebabkan kini saya ga percaya teori konspirasi. Teori super templatis yang mengunci kesadaran dan kodrat kita sebagai manusia bebas. Masi berat untuk menerima pernyataan saya ini? Coba saya ulang pakai narasi lain.
Saya ga percaya teori konspirasi. Saya bikin analoginya sesimpel mungkin. Ada 3 sutradara lagi audisi.
Sutradara 1:
jenius. IQnya mungkin di rata rata 220. kalo bikin rencana detail. storiboard lengkap. temen dan tabungan banyak.
Sutradara 2:
IQ: n/a. Kerjaan agen beras di pasar induk, tapi dari kecil pawang hujan dan ular. Ga bisa boker di luar selain di rumah
Sutradara 3:
IQ tercatat: 160. Tapi rajin belajar. Sahabatnya banyak. HOKInya besar kalo terkait nyawanya. Tapi apes kalo urusan delegasiin kerjaan ke orang. Ga bakat milih tim. Tapi tetep HOKI.
Yang menentukan pentas di panggung adalah pemilik gedung teater. Entah cara milih sutradaranya gimana. Cuma memang seolah sutradara 1 terlihat hoki. Seolah cara dia yang benar. Padahal setiap tender manggung ya kans nya sama.
Lalu apa teori konspirasi itu? Ya ga ada. Adanya bahasa marketing saja. Semuanya tergantung pemilik gedung teater.
Dan tiap saat ada sutradara-sutradara baru muncul berusaha ikut tender manggung. Toh tendernya terbuka. Sutradara ini bisa juga disamakan dengan mazhab. Tapi tetep mazhab utama ya tetep 3 itu: mazhab elit, mazhab pasar induk, dan mazhab so-so makan bakso. Karena 3 mazhab ini hapal bener dengan karakter panggung dan kemauan pemilik gedung teater.
ini mah cuma analogi simpel. dibikin rumit juga bisa banget.
sengaja dibikin simpel buat bahan bikin meme.
masa meme rumit..
Pada akhirnya kita tahu, bahwa waktu itu relatif, bahkan kita tak perlu waktu lama,untuk menjadi baik. Tentunya saat kesadaran kita di titik maksimal. Menjadi baik adalah sebuah hal termudah yang bisa dilakukan ilmu tertinggi, ilmu tanpa waktu, ilmu Kun Fa Yakun. Menjadi baik, ya kenapa tidak?
Bahkan dua gambar di atas sebenarnya adalah pengejawantahan dari 2 simbol di bawah. Tentunya diejawantahkan dengan mencoba untuk sadar penuh.