Monday, June 14, 2021

Mengurai Kembali Algoritma yang Kadaluwarsa




Sejatinya kita terus bertumbuh. Walau mungkin bukan tambah tinggi, tapi mendekat dengan pembusukan, yang menyuburkan tanah, menumbuhkan pohon, pabrik kesegaran. 

 

Bersyukurlah masih ada sistem belief yang memengaruhi manusia. Sistem belief membuat manusia memiliki bentuk pikir dan arah melangkah. Sistem ini seringkali menjaga bahasa halusnya, atau memagari bahasa formalnya, manusia dalam menentukan pilihan dan memosisikan dirinya di masa lalu, masa kini, dan terutama masa depan.

Tak banyak yang memosisikan diri di masa depan berdasar sistem belief. Semua masih dalam tahap desire, mimpi, atau semacam pola-pola delusi yang banyak diinsepsi dogma pada level kesadaran rendah, penuh tekanan. Tidak dalam level kesadaran tertinggi. 

Rendahnya kesadaran saat kita memosisikan diri di masa depan membuat kita lebih mudah terpengaruh, dan terinsepsi pola pola, atau di masa kini sering diistilahkan algoritma, yang bisa memolakan masa depan lebih logis, lebih dialektikal, dan lebih terbuka pada semangat-semangat untuk saling terkoneksi pada potensi-potensi baru yang bisa menggerakkan dan membesarkan diri. 

Sejatinya kehadiran ide dalam keberadaan kita di situasi tertentu adalah momen. Namun seringkali kita masih dalam level ketakutan untuk merealisasikan ide tersebut menjadi sebuah inisiasi ide di ruang-ruang kolektif. Sejatinya kita lebih sering untuk mengerdilkan kesadaran kita, hingga ide itu hanya disimpan di memori kepala  yang gampang terhapus oleh ingatan yang bermomen lebih kuat, atau disimpan di dimensi tanpa batas bernama hati, hingga ide itu melebur menjadi sebuah tanda tanya di momen lain. 

Menjawab pertanyaan adalah sebuah momen untuk membesarkan, sekaligus untuk menyambungkan momen terdahulu yang mungkin terlewat, atau sengaja kita lepas karena ketakutan. Setidaknya Sang Maha Memberi peluang untuk hamba-Nya untuk selalu berproses, dan ruang penerimaan itu selalu dalam kondisi terbuka.

Ruang penerimaan berupa tersambungnya lingkar-lingkar pembelajaran, lingkar-lingkar keterhubungan niat, pikir, dan hati. Dalam lingkar tersebut, ada energi yang besar untuk membangkitkan kesadaran individu dalam tingkat tertinggi. Dalam level persembahan, dalam keikhlasan, dan membuka pintu pintu tersingkronisasinya energi-energi penghuni semesta. 

We're all the learner, we're all guardian. The rest is the path.

No comments: