Tuesday, May 18, 2021

Detak Di Sela Detik



Ritme yang semakin cepat bisa menguak banyak hal. 

Saya ingat bagaimana rasanya mengulik lagu-lagu bertempo cepat dan relatif progresif. Saya ingat saat mengulik lagu Surrounded dari Dream Theater. Tentunya Surrounded bukanlah lagu cepat di antara lagu-lagu Dream Theater yang bahkan memiliki banyak lagu bertempo dua kali lebih cepat. 

Butuh waktu hampir 3 bulan kurang lebih waktu itu, di tahun 2000, untuk saya mengulik lagu ini untuk dibawakan di sebuah acara bersama band kampus saya di masa itu.  Bulan pertama saya gunakan untuk berlatih mengikuti partitur yang ada. Sebenarnya saya tak bisa baca  partitur, tapi lebih mengikuti pola yang ada di midi. Jauh lebih simpel untuk saya. Bulan kedua saya gunakan untuk berlatih bersama dengan band dan sedikit banyak melatih dinamika permainan, karena mengikuti partitur saja tak cukup untuk mendapatkan rasa puas dalam memainkan lagu Surrounded. 

Keseruan ada di bulan ketiga. Saya harus menjadi vokalis di lagu ini dalam sebuah festival musik, karena vokalis band kami berhalangan. Lagu Surrounded memainkan beat 4/4 di hampir keseluruhan lagunya, tapi ada beberapa bagian memainkan beat 4/5 (atau 5/7 ya?)... saya lupa teknisnya, namun memori motorik saya masi mampu mengingat  lagunya hingga saat ini.  Terus terang, nyanyi sambil bermain piano lagu Surrounded itu seperti harakiri. Mana waktu itu selain festival, lagu ini saya bawakan juga dalam acara Fancy Night-nya teman-teman FSRD di  tahun 2001. Saat itu bassis dan gitaris beralmamater  FSRD, namun tetap saja itu salah satu momen paling menegangkan dari kejadian manggung saya. 

Hmmm...Saya akan melewatkan cerita di atas, saya akan menceritakan salah satu manggung tersebut di cerita lain. Saya akan mencoba menceritakan bagaimana sih ketegangan yang kita timbulkan dan kelola sendiri bisa mengubah mindset. Saya rasa tak banyak peristiwa yang bisa mengubah mindset, sebuah hal yang basic dari seorang manusia. Karena jika dianalogikan jiwa seorang itu seperti gunung es, maka perilaku akan berada di puncak gunung es dan mindset ada di dasar yang paling bawah. 

Lalu di bawahnya ada karakter dan pola respon, lalu semakin ke bawah ada ilmu terapan yang tersinkronisasi dalam tubuh. Sampai ke bagian bawah gunung es, kita akan menemukan mindset, kepercayaan, dan area trust yang terkait dengan dimensi lain di luar dimensi yang mengikat diri.

Ketegangan saat berkarya bisa jadi karena  ketidaksiapan, atau bisa jadi terlalu siap (overskill). Ketegangan sejatinya adalah sinyal, yang mengabarkan ketidaksinkronan antara satu kondisi dan kondisi lainnya. Akan selalu ada tanda, seperti detak sebelum peledak berfungsi, dan suara lain yang muncul di kepala untuk memastikan sebuah hal itu sudah sinkron atau belum. Akan ada detak di sela detik di setiap rentang perjuangan.

Setiap perjuangan  akan memiliki dan membutuhkan volume nafas yang berbeda, dan juga akan "meminjam" pikiran kita dalam porsi yang berbeda pula. Pikiran yang terpinjam inilah yang akan lama-lama terlatih untuk menerima respon baru yang lebih matang.

Lebih matang karena bisa memetakan masalah tak hanya untuk direspon, tapi juga diletakkan pada tempatnya. Masalah , atau dalam sistem diistilahkan dengan gap atau situasi, jika diletakkan dalam wadah yang tepat akan membuat detik-detik yang mewakili dimensi waktu akan mengeluarkan detaknya. 

Masalah akan jadi tanda yang membuat kita bangkit, dan terus bangkit. 


No comments: