Saturday, April 05, 2025

Memasuki (Kembali) Peradaban Perbudakan




Saya tak punya ketakutan sama sekali dengan fenomena Artificial Intelligence (AI) yang penggunaannya semakin merasuk ke elemen-elemen aktivitas terkecil. Saya cuma waspada dengan hal besar yang harusnya kita sadari tapi sepertinya bergerak dan memanipulasi alam bawah sadar kita. Hal besar itu adalah sistem perbudakan, bahkan bisa dikatakan peradaban baru perbudakan. Sistem perbudakan ini menghajar etika seolah etika adalah dosa.

Jika kita selalu melatih diri untuk berada "di pinggiran sistem", selalu meniatkan diri berkarya di level "mempersembahkan", dan selalu ber-arribath (istilah berjuang di perbatasan - ref Islam), maka kita akan tahu AI ini tidak, atau belum masuk ke menggenerasi alam keterikatan bawah sadar yang terbentuk berdasarkan simpul -simpul ujung transisi genetik, dan berdasarkan bracketing penyusunan data-data histori kolektif sebuah ekosistem yang bertumbuh.

Hal besar yang menandai masuknya peradaban perbudakan ini adalah semakin mahalnya kesetaraan, atau bahkan di beberapa platform sudah dicoret dari awal, dengan alasan transfer privasi adalah ilegal. 

Penanda lain adalah semakin dilupakannya simpul awal kesepakatan (ijab-kabul) dalam sebuah proses transaksi. Perubahan dinilai sebagai legal standing yang lebih kuat dibanding momen pertemuan kenapa dua orang bisa melakukan transaksi. Bahasa lain dari praktek ini adalah praktek riba, walau agak sedikit berbeda penerapannya. 

Sistem  landlord  semakin  rapi, sistem  penjual  budak semakin rapi, sistem setting mental  budak  juga  sudah  rapi,  tinggal  bersihin  oranng- orang  sok  berkendara dengan isu hak asasi manusia. 


Menjelang masuk 10 hari terakhir Ramadhan, seorang sahabat bertanya di sela kegundahan hatinya yang memuncak.  “Zak, adakah tombol reset untuk hentikan peradaban perbudakan ini gagal diresmikan?” tanyanya.

Saya cuma bisa bilang:  Kuatkan akses ke langit.


Ilmu dunia (ilmu ukur dan rangkai-logika) ga mampu hentikan ilmu perbudakan-ilmu iblis ini.  Cuma ilmu Ilahiah yang bisa. Karena iblis ga bisa akses illmu berbasis ketiadaan.


Perbudakan, putusnya ilmu generatif, dan bangkitnya rezim penghamba falus tentunya akan menyuburkan ekor dan tanduk. Tugas para penjaga adalah mengimbangi siklus lahir-hancur.


Seiring siklus putar bintang, peradaban manusia kembali memasuki era pencarian untuk dapatkan sumber energi guna jalankan niatan niatan terkecilnya. Intensi pencarian sebenarnya tak pernah terputus, hanya saja siklusnya tak pernah utuh