Tuesday, March 31, 2020

The Dead of Old Scientific Methods


If you've been following assesment that related with climate change (such as c-roads or en-roads), these all creepy phenomenon weren't describes in all scenario, tho this is the most powerful undescribes scenario that will not even think by the most smart person in class.

Especially with the variable, "how many people will/should die if we want world keep or even decrease its temperature?" Yes, there's conversation about how to slow down, a complicated conversation But never think about "mortality" variable, and now that creepy is in my head..

No. It's not conspiracy theory. I never believe "dis-mainstream a.k.a amygdala threators" theory. It's about your cycle of breath, related to cycle of productions, so mathematical. That's why i said, these phenomenon is mathematical. But you maybe only find it in quantum computing.

I always believe that people who always embracing, surfacing, maintaining, harvesting value from connections, will rule and fulfill the world with their new add value. And that's normal. Sometimes new normal. And that's neutral. Just like tools. i don't believe conspiracy.

This pandemic reminds me about "the dead of sampling & experiment era" While there are quantum computing revealed, we talk about how to create another "master keys". Talk about "variables" that can fit with common sense, no matter you're in jungle if you're same species, you in

Even the scientific methods will face fundamental changes. From hypothesis, to structure of theory, will fundamentally change. I don't think there're will be hyphotesis anymore. In my humble opinion, the term will change into "emerging pattern"..

So Please Work. Stay Think. Home Exercise.
 

Wednesday, March 18, 2020

Obrolan Serius di Siang Hari

Akhirnya sekolah memberlakukan KLB Corona. Pembagian raport yang tadinya offline akhirnya via online.  Alhamdulillah hasil masih aman. Khususnya pelajaran permainan kesadaran a.k.a matematik. Mungkin kalo nanti menurun saya akan masuk ke bab tasawuf. Biar sekalian belajar arti 0. Kaya saya di jaman SMA dulu. Sering banget nilainya di level tasawuf (heureuy barudak😂).

...

Saya sebagai ayah cuma minta ke Syifa selalu mempertajam kesadaran dan membuka kunci (unlocking)  ayat ayat Tuhan di muka bumi via melawan status quo otak --> memetakan ayat. Bahasa simpelnya menghapal. Walau istilah menghapal ini masi kadang disalahpetakan..

Dari awal masuk SD, target saya cuma melatih Syifa untuk selalu berada di level kesadaran penuh.Saya ingat guru SMA, alm. Pak Obos bilang, matematika adalah pelajaran tentang pola pikir manusia. Tapi saya masih merasa berat dengan pernyataan itu.

Setelah belajiar beberapa komponen dari Prof Otto Scharmer, (MIT) di teori U-nya, saya sadar bahwa matematika adalah proses mempertajam kesadaran, di antara aktivitas yang sudah terlalu banyak di ranah auto (unconsciousness). Kita tak lagi tajam mebaca pola, lalu jadi responsif,  dan menjadi buih isu isu receh.

Krisis dan situasi genting membuat kita paham lebih dalam konsep berpikir secara lebih dalam = tidak lagi ranah fungsional, tapi lebih fundamental: kesadaran.


Dulu, (dan sekarang pun masih), permainan fungsi (f) menghasilkan gaya, kekuasaan dan kematian.

Kini, permainan kesadaran menghasilkan ketersambungan, kekuatan, dan kehidupan. Iya. artifisial. Memang masih bisa dimanipulasi. Karena sejatinya manusia adalah manipulator. Manipulator = ciri manusia sadar.

Namun manusia sebagai "manipulator",  punya kontainer kesadarannya. Kontainer pribadi ataupun kolektif. Kontainer ini seperti wadah berisi entitas yang terkait dengan identitas.

Apa batas kontainer ini? Tentunya bukan kenyamanan, pencitraan, atau hal lain seperti gunung es yang dibuat untuk sengaja diperlihatkan. Hal hal yang terkait dengan gunung es seperti kenyamanan, kemasyhuran, kekuasaan, dan lainnya umumnya berakhir pada keserakahan.

Isi kontainer justru berisi hal yang tak bisa dilihat langsung. Ia berada di bawah laut kesadaran komunal bahkan individu. Butuh penyelaman. Butuh awareness saat ingin merasakan dan memfigurkannya. Batas kontainer ini sering disebut teori-U dengan mindfulness. Merasakan titik terapuh, tersakit, ter- ter- lain yang bisa mengoneksikan kita dengan outer-me dan/atau outer -us.

Karena itu saya sampai saat ini tak merasa kebencian itu bersemayam di hati. Tapi ia bersemayam di sisi terluar kontainer. Dan tentunya dia berbeda aura dengan ruh suci kita yang ditiupkan langsung dengan Ilahi.

Kebencian bersemayam pada batas kontainer terkait pada intensi, needs, dan kadang other-me. Ini yang seringkali jadi indikator masalah psikis dalam ranah individu maupun sosial yang terdogma. Karena sejatinya dogma itu mem-pressure kesempatan kita untuk berkomunikasi dengan kata tanya (bertanya).

Kasus corona ini menyadarkan kita tentang keterhubungan. Seperti yang dipesankan Otto Scharmer bebrapa jam yang lalu via grup whatsapp, "The more the world is sinking into chaos, desperation and confusion, the higher our responsibility to radiate presence, compassion and grounded action confidence. in the words by Shobi: THIS IS THE MOMENT WE HAVE BEEN BORN FOR..."

Semua kejadian terkait, dengan tujuan baik Tentunya. Jadikan kita sebagai manusia (manipulator) yang baik, untuk perbaikan bumi.

 *Kali ini nulisnya agak serius. Sambil ngopi. Di meja. Bukan lagi di toilet