Thursday, October 18, 2007

socialite goes to village (1)





Akhirnya kami, gerombolan urbanistis (urbanis kritis)--para buruh (pikir) kasar-- sepakat pulang ke rumah tercinta di desa Sukamulya. Desa yang berjarak 25km dari kota Bandung. Tak banyak persiapan untuk mudik kali ini. Yang berbeda hanya tas-tas baru yang masih harum kain kanvas. Sebagian harum yang setengahnya mirip dengan "harum" asap polusi pabrik saat melewati pabrik-pabrik tekstil yang berjajar di perjalanan menuju desa, namun ditambah sedikit H2S (aroma buang angin), hingga hidung dan mulut terasa berdebat dengan keadaan itu.Haha.

Perjalanan kali ini sungguh menyenangkan. Kami berlima, Nodi, Putra, Mika, dan Asep saling mengingat kejadian-kejadian masalalu ketika masih sekolah bersama di desa. Kami ingat jalan ke sekolah kami yang harus ditempuh melewati pematang-pematang sawah. Ada saja hal lucu yang terjadi bila pergi ke sekolah maupun pulang ke rumah.Paling sering ya pasti menginjak kotoran, kotoran dari pelbagai macam makhluk, dari makhluk yang dianggap paling rendah, yaitu cacing hingga makhluk yang dianggap paling tinggi derajatnya, ya manusia....

Kami semakin tertawa ketika membandingkan manfaat tai dari masing-masing makhluk tadi...cacing sebagai makhluk yang sederhana mengeluarkan tai yang setara dengan humus, tai yang sangat bermanfaat tentunya bagi kesuburan tanah. Sedangkan manusia sebagai makhluk tingkat tertinggi malah mengeluarkan tai yang lebih banyak unsur "ekspresif,dan mencari perhatian", dengan baunya yang seolah mencari perhatian hidung... kami terbahak mengingatnya...

Hmmm...perjalanan mudik kali ini persis seperti saat pulang dari sekolah, menuntut ilmu di jaman kecil dulu. Pulang sekolah, yang teringat diotak bukanlah pelajaran-pelajaran dari pak guru. Yang teringat malah ocehan pak Guru yang marah saat ada teman sekelas yang tak bisa pakai sepatu karena tercebur ke sawah. Kami geli mengingat kata-kata pak Guru, "Lain kali sepatunya dipakai di sekolah saja, bila pulang Kau bungkus pake plastik kresek,lalu kau bawa tinggi-tinggi"....

Bila sepatu dipakai hanya untuk menciptakan "image" bahwa kita "nyakola"...yah...bisa jadi otak hanya alas agar ego bisa "mengekspresikan gaya anak nyakola"...gak penting...<-hehe..umpatanjaman sekarang...

Ucapan pak Guru malah membuat kami malas mendengarkan kata-kata pelajaran sekolah yang diucapkan oleh mulutnya. Pelajaran sekolah seolah hanya menjadi basa-basi.

Perjalanan pulang sekolah lah yang malah banyak memberi pelajaran pada kami. Hal-hal baru di perjalanan membuat kami penasaran. Seperti ketika kami berdebat menemukan binatang yang mirip belut. Nodi dan putra yakin itu ular, bukan belut. Sebaliknya Mika dan Asep yakin itu belut. Perdebatan tidak berlangsung lama saat binatang itu bergerak. Belut bergerak meluncur lurus, ular bergerak meliuk-liuk. Liukan ular sangat khas, gerakan yang mengundang orang untuk menyentuh, lalu kemudian dipatuknya. Kami pernah mendengar kisah liukan ular itu, dari seorang petani yang dipatuk ular lalu terkapar di genangan sawah. Untung pak tani itu selamat, karena ular sawah tak begitu berbisa. Dia hanya mengalami sedikit kram. Satu hal yang pak tani itu ingat, "hati-hati dengan liukan ular yang memutar".

Liukan ular yang memutar, sebuah perilaku ular yang banyak diadopsi oleh pekerja-pekerja ibukota. Berusaha bergerak indah agar umpannya tertarik untuk menyodorkan sisi lemah tubuhnya...dan "snap!"...si korban pun disengat hingga keram tak berdaya.....hehe....Kami terbahak-bahak lagi membahas imajinasi dan ingatan yang berlebihan ini...

Pulang dari sekolah, dan pulang dari kota...sama-sama melepas ketegangan otak....saat inilah nilai perjalanan terasa begitu mahal...lebih mahal dari kumpulan pundi-pundi uang dan hapalan-hapalan yang diraih di kota maupun di sekolah..

Pelajaran saat perjalanan pulang...adalah pelajaran sesungguhnya...
perjalanan saat menemukan pelajaran dan makna, dengan melepas semua beban di otak...adalah perjalanan yang sesungguhnya...


Pesta Blogger 2007

Tuesday, October 16, 2007

SEttingan Baru..Gaya baru... Lagak baru...tetap di kota lama...Jayakarta...nenek moyangnya Jakarta

akhirnyaaaa....
account blogger saya aktif kembali. Setelah dilanda masalah internet yang lambat di kantor, baru minggu-minggu ini saya bisa kembali mengaktifkan blog saya di account blogger.com.
Blogger payah saat dibuka dikantor, untuk membuka tampilan muka blogger.com saja butuh waktu 30menit. Itu belum sign-in, bener-bener sebuah usaha ngeblog yang makan ati..haha..kalo kata anak abg akut sekarang.. cape deh...

Mulai sekarang blog urban journal akan saya khususkan pada tulisan-tulisan jurnalistik yang ringan berisi sentilan-sentilan untuk ibukota... karena untuk menulis tulisan jurnalistik berat (yang harus pake 4W+1H) kayaknya bukan keahlian khusus saya. Tulisan ringan yang mungkin punya rumus berbeda 4E(Euleuh-euleuh,Edan Euy)+1A(Asik coy...)

Keahlian khusus saya mungkin ya menyentil, sebuah keahlian yang muncul akhir-akhir ini. Ternyata itulah hebatnya ibukota, terlalu banyak hal ,point-poin, dan masalah-masalah yang bisa kita bungkus dalam kemasan baru, yang ternyata bisa lebih menarik untuk dinikmati... hehe...daripada tenggelam dalam cairan masalah ibukota yang seakan mendidih, mending kita nikmati secangkir masalah yang hangat..layaknya secangkir kopi hangat...mungkin itu sedikit ilustrasi tentang tulisan-tulisan yang akan saya tulis..


Pesta Blogger 2007