Monday, August 28, 2006

Perseteruan Lantai Realita vs Lantai Layar Kaca



Semakin banyak saja kejadian-kejadian aneh yang hadir di balik kaca tivi.... untunglah realita yang melingkupi gw belum seaneh kayak di tivi. Realita teraneh yang gw lihat sendiri palingan cuman hujan angin yang membuat atap-atap asbes di rumah berbunyi seperti suara motor 2 tak...taktraktaktaktaktak....

Bunyi bising di jam empat pagi yang membuat aku terjaga...huehehe...sukurlah..jadi ga telat nonton bola--kalo pas ada bola di RCTI, atau tipi7---lumayan bisa nonton, walau paling pertandingan hanya bersisa 10 menitan lagi...
Apa hubungannya kejadian aneh di tipi dengan acaara bola??...nah lo...otak kritis (atau krisis?)* yang jahil mulai menyeruak dari otak belel gw...ini dia nih sebenernya yang pengen gw ulas di boy lit** ini..

Acara bola , khususnya liga inggris, itali dan spanyol..tidak mengenal waktu..dalam artian...acara itu sudah dengan arogansinya sendiri mempengaruhi para fansnya untuk tidak merasakan waktu...mu jam berapa saja...terserah...yang penting cuman satu..tim kesayangannya bisa menang... apabila kita (yang ngefans pada sebuah tim) melewatkan pertandingannya...seolah kitalah yang bersalah...hmm..Dan satu hal lagi, dan ini menurut gw adalah sebuah hal yang 'agak' serius, realita kita,...apakah disekeliling kita sedang hujan angin, apakah di chanel-chanel lain sedang ada berita kebakaran, teror, dan lain, lain,...kita sudah terkadung menganggap realita pertandingan sepakbola lebih penting dari realita-realita lain yang mengelilingi kita....

Menyukai satu hal, akan menyebabkan kita tertarik untuk lebih dekat dengannya, kalaupun perlu menjadi bagian dari hal tersebut. Dan bisa gw bilang, sebuah klub sepakbola yang sangat kita cintai, bisa menjadi sebuah kebenaran!. Gak percaya?, coba saja bayangkan, saat kita asyik menonton acara bola yang kita sukai, tiba-tiba orang tua atau saudara (yg seharusnya sangat kita cintai juga) memindahkan chanel acara tivi pertandingan bola tersebut. Hanya ada satu kesimpulan, ada personal lain yang berbuat "salah" pada kita. Salah dalam artian, dia tidak benar, dia tidak 'sesuai' dengan kita. Kita siapa? diri kita dan klub sepakbola kesayangan? ataukah diri kita dan orang tua yang melahirkan kita??.....haha...dalam hal ini, ada satu hal yang bisa terbersit di otak krisis ini....kebenaran adalah sebuah rasa kepemilikian...sebuah rasa yang bersifat personal, satuan...merasa menjadi satu...bukan sebuah rasa yang bersebrangan dengan diri kita.....
Gw mulai merasa ngeri, apabila akhirnya kita menjadi bersebrangan dengan realita yg sebenarnya. Realita sebenarnya yang gw maksud adalah realita dimana kita berada, dimana kita memijak. Dibawah kita pasti ada lantai, nah, itulah lantai realita kita...bukan lantai rumput lapangan sepakbola, yang ada dibalik layar tipi....Betapa menyeramkannya apabila kita telah merasa, lantai kita adalah lapangan sepakbola, dan orang-orang yang berada selantai dengan kita (orangtua dan saudara yg duduk di sebelah kita) adalah sebuah komponen yang bersebrangan dengan kita, bukan bagian kebenaran dari kita. Ketika kita merasa menjadi bagian lain dari sebuah kebenaran realita. Ketika kita menjadi "benar" yang lain. Hmm...pastinya sebuah kesalahan yang akan terjadi...di kemudian hari...dan kemungkinan besar kesalah itu dirasakan oleh orang lain...bukan kita...(sebenarnya pada keadaan itu adalah sebuah sebuah kondisi Mayday bagi diri kita )
Apa yang terjadi di televisi hanyalah sebuah gambaran "lantai-lantai"/realita lain yang kita lihat, dan tidak kita pijak. Apa jadinya apabila kita merasa memiliki realita-realita lain tersebut? Apa jadinya apabila kita merasa berhak untuk ikut memijakkan diri di lantai-lantai lain tersebut?, tentunya sebuah kegalauan yang akan kita rasakan..... Apa jadinya apabila kita sudah mengabaikan waktu-waktu yang mengikat kita direalita yang kita pijak? tentunya kekacauan ritme berfikir yang kita alami. Benar adanya kita hidup di dalam sebuah ritme tertentu, ada ritme yang muncul akibat orang lain, ada ritme yang muncul akibat diri kita sendiri, dan ada ritme yang muncul ketika kita berinteraksi dengan sebuah kondisi alam.
Tak terasa, alam bawah sadar kita dipengaruhi oleh ritme-ritme yang mengibuli dan memprovokasi mimpi kita. Ada ritme2 yang bisa mengkatalis mimpi kita untuk menyeruak dalam realita kita sesungguhnya, menjadi realita-realita semu yang kontradiktif... Yang tidak memberikan solusi pada realita sebenarnya yang penuh masalah.....
Nah inget-inget masalah...gw jadi berfikir...kok ilustrasinya gak nyambung ya??...ilustrasinya kok gambar truk dikelilingi siluet hitem orang?....hehe...sebenarnya itu cuman buat gambaran kecil doang...bahwa realita pun ga harus sesuai dengan mimpi--> ilustrasi pun ga harus sesuai dengan isi narasi....bukankah perbedaan membuat kita berfikir? ataupun apabila kita tak mau berfikir....ya minimal mengumpat...itu pun sudah cukup, cukup buat pembaca boylit** ini sadar, bahwa ada masalah lain yang lebih penting......bagi dirinya....
==========================================================

sekedar ngiseng nambah nambahin keterangan kata-kata yang berbintang:
* gw dan beberapa rekan di jakarta ini memang sempat berbicara tentang pembentukan koalisi urbanistis...urbanis kritis..kritis dalam artian fisik...bukan pemikiran....kritis dalam artian..butuh ditolong
** hehe..terus terang..gw mual pas ngarang istilah boylit...tapi apa boleh buat...biar ada ide..gw harus ada tekanan...bukankah mual adalah sebuah tekanan fisik dan psikis....hehe..ide memang bisa dipaksakan loh..)...