Tuesday, April 06, 2010

It's Just Free Life and Free (Urbanist's) Writing





Lampu sen kanan baru saja saya nyalakan. Saya ingin berputar balik di salah satu U-turn Jalan Panjang, Jakarta BArat. Perasaan tak ada yang membuat saya khawatir dengan tindakan saya ini.

..Kecuali motor di belakang saya...

Suara berdecit dari arah belakang saya terdengar jelas. Suara dari karet ban yang beradu dengan jalan beton busway membuat saya menatap spion kanan saya sejenak. Ada motor yang merangsek ke arah belakang motor saya. Untunglah saya segera memutar gas untuk menghindari benturan.

Benturan memang terhindarkan. Tapi suara teriakan laki-laki berteriak di belakang saya begitu mengganggu telinga. "Sini kamu!"... teriak suara itu, yang ternyata setelah saya toleh, seorang lelaki berseragam SMA..

Hmmm...Inilah Jakarta. Jadi orang baik saja tidak cukup. Jakarta sepertinya butuh lebih banyak orang baik yang kreatif... Saya berusaha menahan emosi. Melampiaskan emosi pada anak SMA yang emosian tak akan saya catat di portofolio saya...jadi saya berusaha memperlahan nafas saya yang mulai terbawa adrenalin... Dan sedikit terpejam...

Sepertinya pelajaran salah satu guru silat saya mengenai pengendalian diri menjadi berkah buat saya. Pelajaran itu tiba-tiba terbayang di kepala. Ucapan guru saya yang menyebut "Rendahkan ego, maklumi orang lain" itu membuat saya tiba-tiba ingin tersenyum saat menatap anak SMA emosian itu. Tiba-tiba terbayang bayangan seorang satpam yang kurus kecil dari, namun begitu galak. Saya tak tega untuk melawannya...sekali lagi.. ga pantas untuk portofolio saya... :)..

Akhirnya saya dekati dan katakan. "Maaf De".. Jadi gimana solusinya biar ade bisa cepet sampai tujuan?".... Apa perlu saya kasi ongkos jajan?".... Anak SMA itu terdiam. Dan anehnya, dia sepertinya terenyuh dan menelan ludah... dan tiba-tiba mengucapkan, "Maafkan saya Pak, tadi saya ga melihat... kebetulan saya sedang SMS-an".

Oh pantes. Begitu sering saya melihat pengendara yang sok multitasking. Mungkin anak SMA ini termasuk perkumpulan multitasking itu. Sepertinya kemampuan multitaskingnya membantunya untuk mengatur cepat adrenalinnya itu, sehingga tersadar akan kelalaiannya...


Hmm...Kami berpisah..Saya melanjutkan perjalanan.
Namun sialnya ..giliran saya yang menerawang jauh.. saya hentikan saja sejenak perjalanan di pinggir kios untuk menikmati C-1000. Minuman vitamin C ini memang membantu saat hidung terasa gatal karena flu..Itung-itung menyembuhkan diri..dan memberikan ruang waktu untuk menerawang.


Multitasking...itu adalah kondisi yang sering (harus) dilakukan saat ini. Saat teknologi semakin memangkas jarak dan waktu. Yang tersisa adalah "remote-remote" kepentingan yang ada di depan kita untuk segera ditekan. Tak butuh lah kita melangkah jauh untuk mencapai tujuan kepentingan kita. Sudah ada teknologi yang bisa membuat kita mengabaikan jarak dan waktu untuk mencapai tujuan...

Multitasking..membawa persoalan baru..Banyaknya kontrol yang harus menjadi bagian dari indera kita menjadikan kita sering kehilangan kontrol atas kerja hormon adrenalin. Emosi itu memang seringkali terjadi akibat harapan yang lama tertahan. Terbawa oleh keinginan, dan kadang hanya kita yang tahu... Adrenalin memang membantu kita fokus atas satu titik masalah.. Tapi Adrenalin yang tersalurkan pada kontrol yang salah hanya akan membuat emosi yang mengakibatkan keluarnya peluh secara sia-sia....

Multitasking memang rawan kelalaian. Tapi multitasking adalah senjata saat kita butuh sesuatu yang instant dan menghasilkan....

Dan satu hal lagi yang bisa jadi pelajaran saya..Sebanyak apapun "remote kontrol" di depan kita..yang menentukan pilihan itu kita.. bukan program yang ada di televisi..bukan stasion yang ada di radiotape..dan yang menentukan bukanlah jam dinding yang terus berputar..... multitasking dan dijajah kepentingan adalah situasi yang saling berlawanan.. multitasking itu konsekwensi... dan dijajah itu adalah sebuah missapresiasi...

Saya jadi ingin menantang anak SMA tadi..kapan-kapan dia harus pakai gadget yang lebih canggih lagi.. jadi saat bermotor bisa tetap bersms dan menelepon ria.. tanpa harus lalai dan emosi lagi..

Puisi Sore Para Urban



Sore

Pinggiran danau jadi coklat
tanda ikan mulai merekat tanah

Saatnya diri yang rapuh mengingat janji
Lihat mega tertunduk salut pada hari

Tabir waktu yang terbuka
Tinggalkan sisa keringat
Semua kini kan jadi dulu...


Kidung Malam
(sebuah re-creating yang terbias dari tulisan puisi Alla Noia-Guiseppe Ungeretti) :D

Salamku untuk dunia
yang membawakan cerita
tuk anak kecil tertidur malam

diantara detak detik jam dinding
suara-suara bercerita
kesendirian angin, malam, dan basahnya rerumputan

Hingga terlelap wajah di dalam bingkai kayu tua
menikmati alunan nafas
kini jadi titian mimpi

Terbitlah mimpi, bawalah hati
pada kerangka dunia baru
bernama esok hari



Obat Tidur

Pandangan abu-abuku
jadikan daun sekeras besi tua

kepala terantuk, bisa jadi salam
padaku yang belum mati

Hidup ini tirani
layaknya tersupiri bus malam kebut-kebutan
saatnya kini angkuh
jadi sarapan syaraf kantukku..


Sampai ke Rumah

Jauh aku berlari kencang
dengan tangan mengembang

lewati genangan
lewati terang
dan suara keras benturan batuan

Tak kurasa tanah yang menyekat
hingga rasa kuning pandangan mata
dekat kulit kuningmu
berada di pelukmu
terlelap

Hujan

Bukanlah bebatuan terbawa air bah
Tapi terbawa gunung mendung yang membuat terbelalak
membuat lari dan ucapkan hujatan

hilangkan sombong
tampilkan layu sesaat

Waktu

Seperti bajay dan ojek bertabrakan
di siang hari tempat bertopi dan lapar
terus berputar, hingga terlihat hanyalah gunung, horison, dan dalamnya laut

Kubutuhkan tongkat Musa
yang membuat awan datang membelah panas, memberi sejuk
hilangkan takut akan lintasan terik menimpa

Andai aku tak abai
tak harus aku rasakan gelap hingga ketiduran
hingga bisa rasakan mewah, rasakan sejuk
Berbaring di atas rumput
Mimpikan ilham..

(sedikit berbagi puisi hasil dari sesi clustering and re-creating creative writing.. :D )